Fakta Kasus Mutilasi Mahasiswa – Kasus pembunuhan dan mutilasi di Sleman, Yogyakarta, mulai menemui titik terang. Polisi telah berhasil mengungkap kasus penemuan potongan tubuh manusia di Bangunkerto, Kapanewon Turi, Sleman, Yogyakarta. Sejumlah fakta terkait kasus mutilasi ini pun terkuak.

Bergabung di komunitas tidak wajar

Pelaku bernama Waliyin dengan Redho diketahui tergabung dalam satu komunitas tidak wajar di media sosial. Mereka saling mengenal satu sama lain di dalam grup tersebut.
Dirreskrimum Polda DIY, Kombes Pol FX Endriadi mengungkapkan, penyidik akan melakukan digital forensik pada media sosial pelaku untuk mendalami chat atau obrolan di media sosial. Diketahui bahwa antara pelaku dan korban terlibat dalam grup tidak wajar atau menyimpang di media sosial.

Waliyin tidak bergaul dengan perempuan

Reno, tetangga kos yang tinggal bersebelahan dengan kamar kos Waliyin mengungkap fakta lain. Reno mengaku dirinya sama sekali tidak pernah melihat Waliyin bergaul dengan perempuan. Dia juga mengaku tidak pernah menemui sosok misterius itu kedatangan tamu teman slot rtp tertinggi hari ini perempuan. Sebaliknya, Reno mengaku sudah beberapa kali melihat langsung Waliyin pulang membawa cowok. Akan tetapi, Reno juga sama sekali tidak mengenal teman laki-laki yang dibawa pulang ke tempat kos oleh pelaku mutilasi terhadap Redho Tri Agustian itu.

Ada lima titik pembuangan

Dirreskrimum Polda DIY, Kombes Pol FX Endriadi menyebut ada lima titik lokasi penemuan potongan tubuh korban. Lokasi pertama di Padukuhan Kelor, Bangunkerto, Turi, Sleman. Di lokasi tersebut polisi menemukan empat potongan tubuh yakni dua bagian kaki, satu tangan sebelah kiri dan dua bagian tubuh lain yang sudah tak terbentuk. Lokasi kedua adalah kepala korban yang ditemukan di pekarangan wilayah Gimberan, Merdikorejo, Tempel, Sleman. Polisi juga menemukan bagian tubuh lain di dekatnya. Potongan berupa kepala dan bagian tubuh lain terungkap setelah penyidik menanyai kedua pelaku, W dan RD. “Sejauh ini ada lima titik lokasi penemuan (potongan tubuh) korban,” kata Endriadi.

Baca Juga : Mahkamah Pidana Internasional Terbitkan Surat Penangkapan Vladimir Putin

Pelaku panik dan memutilasi

Setelah korban meninggal, pelaku panik. Saat itulah ide melakukan mutilasi muncul. Cara ini dianggap pelaku untuk menghilangkan jejak pembunuhan. “Setelah korban meninggal para pelaku kemudian panik kemudian berniat menghilangkan jejak peristiwa tersebut. Setelah panik mereka melakukan upaya pemotongan atau mutilasi,” ucap Endriadi. Bagian tubuh korban satu persatu dipotong oleh pelaku. “Itu dilakukan dengan cara memotong kepala korban, pergelangan tangan, kaki kemudian bagian tubuh, hingga menguliti tubuh korban,” sambungnya.

Korban tewas karena kekerasan berlebihan

Dirreskrimum Polda DIY, Kombes Pol FX Endriadi menyebut sebelum kejadian mutilasi, korban dan kedua pelaku melakukan aktivitas kekerasan berlebihan yang mengakibatkan korban meninggal dunia. “Mereka berkumpul dan melakukan aktivitas yang tidak wajar berupa kekerasan ataupun aktivitas kekerasan berlebihan. Kemudian dari kekerasan berlebihan itu korban meninggal dunia,” ucapnya. Menurutnya, kedua pelaku panik saat melihat R meninggal dunia hingga mereka berdua berusaha menghilangkan jejak dengan mutilasi mayat korban. “Kemudian berniat untuk menghilangkan jejak peristiwa tersebut. Setelah korban meninggal dunia para pelaku panik kemudian melakukan upaya pemotongan atau yang kita kenal mutilasi,” tandasnya.