6 Cerita Sejarah Warisan Budaya Indonesia yang Menarik – Cerita legenda merupakan salah satu warisan budaya selama berabad-abad lamanya. Setiap daerah pasti memiliki cerita-cerita legendaris yang melekat dengan budaya daerah tersebut. Bunda bisa menceritakan kembali setiap cerita legenda yang ada kepada Si Kecil, lho. Cerita legenda dianggap sebagai cerita yang mencampurkan antara sejarah dan juga mitos. Tak jarang, dalam cerita legenda juga berisikan unsur-unsur nyata dan supranatural. Sebagai contohnya, cerita legenda Danau Toba, cerita legenda Batu Menangis, cerita legenda Roro Jonggrang, dan masih banyak lainnya. Menceritakan cerita legenda kepada Si Kecil bisa menjadi bahan hiburan dan untuk mengisi waktu luang, Bunda.

Tak hanya sekadar menceritakan legenda dari suatu budaya, cerita legenda juga seringkali mengandung berbagai pesan moral kehidupan yang bisa menjadi sebuah pelajaran. Saat ini, Bunda bisa menemukan atau mengakses berbagai cerita legenda dengan mudah di internet. Dengan begitu, Bunda tak perlu kesulitan untuk membagikan kisah legenda kepada Si Kecil. Namun, terdapat juga beberapa cerita legenda yang tersedia dalam bentuk cetak. Hal tersebut kemungkinan bisa membuat Si Kecil lebih merasa senang karena adanya ilustrasi di dalam bukunya.

Kisah Legenda Situ Bagendit

Situ Bagendit adalah salah satu destinasi wisata di Kabupaten Garut. Terdapat legenda atau cerita rakyat di balik Situ Bagendit. Dahulu, tinggal seorang perempuan bernama Nyai Bagendit. Ia adalah perempuan kaya raya berkat warisan dari mendiang suaminya. Takut jatuh miskin, Nyai Bagendit terkenal kikir dan tak ramah pada warga sekitarnya. Kalau pun ada yang meminjam uang, Nyai Bagendit memberikan bunga yang tinggi. Bahkan, ia pun tega meminta suruhannya untuk perlakukan peminjam dengan kasar kalau utangnya tak kunjung dibayar. Suatu hari, datang lah kakek-kakek misterius membawa tongkat. Ia merasa haus dan meminta minum pada Nyai Bagendit. Sudah tertebak reaksi Nyai Bagendit, ia menolaknya. Ia pun masuk ke dalam rumahnya, tanpa sadar bahwa sang kakek menancapkan tongkat di pekarangan rumahnya.

Dongeng Anak Sangkuriang

Dayang Sumbi merupakan wanita sakti keturunan raja Sungging Perbangkara. Parasnya cantik dan kala itu ia menolak lamaran dari para lelaki yang sering ia terima. Suatu saat, ketika mengasingkan diri bersama anjingnya, Tumang, di hutan. Gulungan benang jahitan tenunnya jatuh. Dayang Sumbi kemudian tanpa sadar melontarkan pernyataan, siapa saja yang dapat mengambilkan gulungan benang tersebut jika dia perempuan, akan dijadikannya saudara. Namun, jika laki-laki maka akan dijadikan suami.

Di luar dugaan, si Tumang anjing peliharaannya yang mengambilkan gulungan tersebut. Dan karena sudah berjanji, akhirnya Dayang Sumbi menikah dengan si Tumang. Tumang sebenarnya adalah adalah titisan dewa yang menjelma menjadi anjing. Dari pernikahan itu, lahir anak yang diberi nama Sangkuriang. Suatu hari ketika Sangkuriang hendak berburu bersama Tumang, disuruhnya Tumang untuk mengejar babi betina Wayung, yang tak lain adalah ibunya Dayang Sumbi. Karena tidak menuruti perintah Sangkuriang, dibunuhlah si Tumang oleh Sangkuriang. Hati si Tumang diambil oleh Sangkuriang dan diberikan kepada ibunya, Dayang Sumbi untuk dimasak dan disantap.

Dongeng Anak Timun Mas

Dahulu, tinggal lah seorang wanita sebatang kara bernama Mbok Randa. Ia menginginkan seorang anak untuk menemaninya. Suatu ketika, datang raksasa dan melakukan perjanjian untuk mewujudkan keinginan Mbok Randa itu. Raksasa berjanji Mbok Randa akan dikaruniai anak melalui biji mentimun yang diberikan padanya. Tapi satu syarat, jika anak itu sudah berusia 6 tahun, raksasa akan menyantapnya.

Mbok Randa awalnya abai dengan syarat itu karena tak sabar memiliki anak. Ditanamkan lah biji mentimun itu. Bak sebuah kejutan, dari sekian biji timun yang disemai, ada satu mentimun yang besar dan berwarna emas, serta di dalamnya terdapat bayi. Bayi itu kemudian dirawat hingga besar dan diberi nama Timun Mas. Begitu menginjak 6 tahun, Timun Mas tumbuh menjadi anak cerdas dan cantik. Tapi, rupanya raksasa tak lupa menagih janjinya.

Cerita Rakyat Keong Mas

Raja Kertamarta dari Kerajaan Daha memiliki dia putri yang cantik yakni Dewi Galuh dan Candra Kirana. Suatu saat, datang pangeran bernama Raden Inu Kertapati untuk melamar salah satu putri. Ia jatuh hati dengan Candra Kirana. Pertunangan pun berlangsung tapi Dewi Galuh merasa iri dan dengki dengan Candra Kirana. Dewi Galuh kemudian menjadi benci dan sengaja ingin mengutuk Candra Kirana dengan datang ke penyihir.

Penyihir dan Dewi Galuh sepakat lalu memfitnah Candra Kirana untuk diusir dari istana. Di luar istana, penyihir itu kemudian mengutuk Candra Kirana menjadi Keong Mas. Akan tetapi, kutukan itu konon akan sirna ketika Candra Kirana ditemukan Raden Inu. Dikutuk menjadi Keong Mas, Candra Kirana ditemukan oleh nenek yang tinggal di Desa Dadapan ketika slot garansi sedang menjala ikan. Nenek itu pun dikejutkan dengan keajaiban yang datang sejak ia pelihara Keong Mas. Misal, makanan sedap yang tersaji di rumahnya. Ia semakin terkejut ketika tahu Keong Mas lah yang menyajikan masakan tersebut. Keong Mas kala itu berwujud aslinya Candra Kirana. Sang putri kemudian menjelaskan.

Cerita Legenda Rawa Pening

Di sebuah desa bernama Desa Ngasem, di kaki Gunung Telomoyo, terdapat kepala desa yang dikenal bijaksana beranama Ki Sela Gondang. Ia punya putri bernama Endang Sawitri. Suatu saat Endang Sawitri diutus sang ayah untuk meminjam pusaka sakti yang digunakan untuk menolak bala pada sahabatnya, Ki Hajar Salokantara. Akan tetapi, Endang Sawitri melanggar pesan sang ayah untuk tidak meletakkan pusaka di pangkuan. Pelanggaran itu membuatnya hamil. Sang ayah kemudian memohon Ki Hajar untuk menikahi Endang demi tutupi aib keluarga.

Anak yang dikandung Endang ternyata adalah seekor naga yang kemudian diberi nama Baru Klinting. Naga tersebut bisa bercakap layaknya manusia biasa. Untuk memutus petaka dari pusaka, Baru Klinting temui sang ayah dan diminta bertapa dengan melingkari gunung. Ia kemudian menjadi manusia biasa dan turun ke desa. Ketika turun, di desa sedang ada upacara merti desa. Tapi, warga bukan menyambut hangat malah mengusir Baru karena penampilannya yang compang-camping.

Kisah Legenda Selat Bali

Dahulu, hiduplah seorang brahmana di Kerajaan Daha, Kediri. Brahmana atau pemuka agama itu bernama Empu Sidi Mantra. Ia sangat dihormati oleh masyarakat karena sakti mandraguna. Hidupnya tenang, damai, dan kaya raya. Ia memiliki seorang putra yang tampan dan gagah bernama Manik Angkeran.

Sayangnya, Manik adalah penjudi. Ia suka berjudi dan sialnya, sering kalah. Hingga suatu saat, ia kebingungan membayar utang dan diburu untuk dibunuh. Ia pun mengadu pada ayahnya, Empu Sidi Mantra. Kebaikan hati sang ayah membuat Manik segera bisa melunasi utangnya.

Empu Sidi Mantra kemudian meminta petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa agar ia bisa melunasi utang anaknya. Saat tengah malam, ia mendengar suara yang sangat jelas. Ia diminta pergi ke kawah Gunung Agung dan menemui Naga Besukih, karena ada harta karun di sana.